Ibarat anak, usia 7 tahun itu mungkin masih masa-masanya bermain dan mencari-cari identitas diri. Tapi usia 7 tahun bagi seorang blogger bisa berarti banyak hal. Saya pribadi merasakan, ngeblog itu adalah proses yang mempercepat pencarian jati diri. Saya, yang 7 tahun lalu masih icip-icip hiruk pikuk menjadi seorang mahasiswa, tidak pernah membayangkan akan seperti sekarang. Keberadaan blog sebagai teman selama 7 tahun itu telah membawa saya bertualang mengeksplorasi potensi terpendam, yang mungkin tidak akan muncul seandainya saya bukan seorang penggiat blog.

Siapa sangka saya yang semasa SMA nggak gaul, boro-boro jadi juara karya tulis, tiba-tiba saja nekat bikin kompetisi blogging yang cukup mengundang perhatian rekan-rekan blogger saat itu. Ini terjadi tahun 2007, diakhir masa jabatan saya di kabinet KM-ITB. Saya yang biasanya punya aktivitas (ngaktipis kalau kata senior-senior saya kala itu), mendadak bingung nggak ada kegiatan. Saat itu blog menjadi pelarian, dimana saya menjadi lebih aktif menulis karena banyak waktu kosong. Saya masih ingat ketika itu komunitas blogfam sedang aktif-aktifnya dan disanalah saya menemukan bahwa di dunia maya, banyak penulis potensial yang belum tersentuh oleh penerbit.

Kondisi inilah yang memunculkan ide gila di kepala saya untuk membuat usaha penerbitan yang khusus mengakomodasi para blogger untuk menerbitkan sendiri karya mereka menjadi buku. Starting poinnya adalah dengan melaunching kompetisi bertajuk ‘Indonesian Blog Competition 2007‘ atau IBC 2007. Saya sebut ide ini gila, karena saat itu saya sama sekali tidak punya pengalaman berbisnis, apalagi usaha penerbitan, tidak punya partner untuk menjalankan konsep tersebut dan yang paling sinting adalah konsep dari bisnis serta kompetisi ini dibuat 1 malam sebelum IBC 2007 diluncurkan. Saya ingat betul, tanggal 6 Juli 2007, kompetisi blog tersebut secara resmi diumumkan sekaligus menandai lahirnya sebuah penerbit bernama Ganesha Publishing House (GPH).

Hari itu, saya bergerilya dari milis ke milis, dari blog ke blog, dari forum ke forum mensosialisasikan event itu, sambil secara paralel merampungkan website informasinya yang saya buat menggunakan fasilitas blogspot. Ada optimisme luar biasa yang tidak bisa saya jelaskan secara logis. Rekan-rekan dekat saya, terutama yang punya ketertarikan dengan dunia tulis-menulis atau pernah seaktivitas dengan saya pun kemudian saya ajak untuk bergabung menggarap usaha penerbitan ini. Beberapa diantaranya, yaitu Ninda, Zamzam, Erik dan Luthfi merespon ide tentang Ganesha Publishing House ini dan merekapun menjadi skuad generasi pertama dari GPH.

Yang unik dari tim tersebut,  tidak ada satupun yang punya pengalaman terjun di bidang penerbitan. Kami semua belajar dari nol untuk mengisi peran masing-masing. Zamzam menangani produksi sehingga harus belajar seluk-beluk bisnis percetakan. Ninda menangani administrasi serta SDM. Erik serta Lutfi menangani kehumasan dan mencari peluang-peluang permodalan. Sedangkan saya yang memang sejak beberapa waktu sebelumnya tertarik belajar seputar editing berperan sebagai leader sekaligus editor yang berurusan dengan teknis pengolahan naskah plus teknis operasional media online (website, milis, email dll).

Meski tersendat-sendat, IBC2007 akhirnya berhasil sampai babak final. Secara proses, kompetisi ini dapat berjalan dengan lancar, akan tetapi ada satu permasalahan besar yang tidak terselesaikan sampai akhir kompetisi. Minimnya pengalaman untuk menjaring sponsor dan sumber modal, membuat kas tim praktis tetap kosong hingga para pemenang diumumkan. Hal ini membuat kami tidak dapat mencetak buku tersebut sesuai janji kami kepada para peserta. Bahkan hadiah untuk mereka pun pada akhirnya tidak tertunaikan. Dengan segala kondisi ini, kami kemudian memohon maaf secara personal ke semua finalis. Meski kecewa, mereka akhirnya bisa memaklumi kondisi kami ketika itu. Walau tidak jadi diterbitkan, sebenarnya proses editing naskah para finalis terus berlanjut. Format setengah jadi yang sudah hampir siap naik cetak (hanya kurang beberapa bagian lagi, termasuk cover) pun telah dihasilkan. Sebagai pertanggungjawaban kami, file ebook berjudul ‘Dari Blog Menginspirasi Dunia‘ dengan format pdf itu sempat kami kirimkan ke pada para finalis.

Setelah kompetisi tersebut selesai, Ganesha Publishing House sempat berjalan cukup lama. Meskipun penerbitan buku pertama tidak pernah terwujud, pengajuan naskah dari banyak penulis baru terus berdatangan. Sebagian dari naskah tersebut pun sempat melalui proses seleksi dan editing, meskipun tidak pernah ada kepastian apakah naskah itu akan benar-benar dicetak. Kurang lebih dua tahun, yaitu hingga Juli 2009, praktis sebagian operasional GPH masih berjalan. Bahkan hingga 2009, GPH masih merilis businessplan untuk mencari peluang-peluang kerjasama permodalan. Baru pada pertengahan 2009 satu persatu personil GPH memutuskan untuk memilih jalan masing-masing dan secara teknis, perusahaan ini akhirnya vakum hingga waktu yang belum ditentukan.

Meskipun, dalam hitung-hitungan bisnis GPH mungkin bisa dikatakan gagal. Tetapi keberadaannya memiliki makna tersendiri bagi saya dan personil yang lain. Setidaknya, pengalaman yang didapat menjadi bekal bagi masing-masing dalam menjalani kehidupan yang dijalani saat ini. Saya pribadi belajar banyak dari GPH, setidaknya skill di bidang desain grafis, proses pra-cetak naskah, editing naskah, web development, manajemen SDM, kehumasan dan entah apa lagi. Skill-skill itu menjadi bermanfaat ketika kemudian saya masuk menjadi seorang jurnalis di PKPU dan hingga sekarang sebagai seorang konsultan media. Yang saya pahami, semua skill dan pengalaman yang kami dapat sesungguhnya merupakan keuntungan tak ternilai dari investasi tenaga serta pikiran yang tercurah saat di GPH. Dan jika ditelusuri kembali kebelakang, semuanya berawal dari blog.