Makalah GIS

Aceh Tsunami Digital Repository – TDMRC

Implementasi GIS dalam Penanggulangan Bencana

Oleh    : Ardian Perdana Putra

NIM    : 1 2010 02 03 002

Prodi    : Disaster Management for National Defense

Pendahuluan

Salah satu bencana dahsyat yang berpengaruh besar dalam penanggulangan bencana di Indonesia adalah tsunami yang menimpa beberapa negara Asia dan Afrika pada 26 Desember 2004. Bencana yang merenggut nyawa ratusan ribu jiwa ini membuka mata Indonesia dan dunia akan pentingnya langkah-langkah pencegahan dilakukan jauh hari sebelum bencana terjadi. Salah satu dampak positifnya adalah munculnya inisiatif dalam hal pengembangan riset seputar penanggulangan bencana. Salah satu lembaga yang fokus pada pengembangan penelitian mengenai tsunami adalah TDMRC (Tsunami & Disaster Mitigation Research Centre) Usyiah, NAD.

Sekilas TDMRC dan ATDR

TDMRC didirikan pada 30 Oktober 2006 untuk meningkatkan kualitas sumberdaya riset kembencanaan, advokasi kebijakan dan mendorong perkembangan sistem pengelolaan data/informasi kebencanaan yang memadai, terutama secara spesifik data tsunami. Dalam menjalankan misi tersebut, TDMRC bekerjasama dengan sejumlah pihak, baik di lingkup lokal, regional, maupun internasional. Diantara lembaga yang menjadi mitra TDMRC antara lain Kementrian Ristek, BPPT, LIPI, Bakosurtanal, BAPPENAS, Kobe University, TRC – Sydney, UNDP, UNESCO dan World Bank.

Beberapa program yang dijalankan TDMRC diantaranya adalah kolaborasi riset dengan berbagai institusi, partisipasi dalam konferensi internasional. Selain itu TDMRC juga mengadakan event pelatihan, workshop serta seminar bagi masyarakat umum. Selain program-program tersebut, TDMRC juga mengembangkan sistem repositori publik untuk data-data seputar bencana, terutama tsunami.


Sistem yang dinamakan Aceh Tsunami Digital Repository (ATDR) ini merupakan sistem pengelolaan dokumentasi elektronik seputar tsunami dan penanggulangannya. ATDR dikembangkan oleh TDMRC dengan dukungan pemerintah Hyogo Perfecture, Jepang. Sistem berbasis web ini menyediakan berbagai arsip media digital baik berbentuk dokumen/buku, publikasi ilmiah, slide presentasi, foto, video dan peta yang berkaitan dengan penanganan di Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan data 2009, komposisi dari data arsip yang tersimpan dalam repositori terdiri dari 57% buku/makalah, 23% data foto, 11% video/simulasi, 8% presentasi/slideshow, dan 1% media/publikasi/poster. Dalam situsnya (http://atdr.tdmrc.org) data-data tersebut diklasifikasikan kembali berdasarkan jenis data yang terkandung dalam tiap dokumen. Klasifikasi data yang tersedia yaitu:

  1. Karya sastra dan seni
  2. Laporan kegiatan dan hasil kajian
  3. Literatur
  4. Penelitian dan studi literatur
  5. Peta
  6. Produk hukum dan kebijakan
  7. Publikasi dan media promosi
  8. Sejarah dan dokumentasi tsunami

Bahasan

Dari hasil penelusuran langsung pada website ATDR, data spasial yang terarsip antara lain peta administratif tiap kabupaten, peta arus musim peralihan, peta baltimetri, peta komoditas perkebunan, peta penggunaan lahan, peta perencanaan pembangunan, peta sebaran mineral dan peta kualitas air. Peta-peta tersebut menjadi bahan referensi dalam menentukan wilayah yang berpotensi bahaya dan wilayah sebaran aktivitas penduduk NAD. Dari irisan/kombinasi kedua data tersebut akan diperoleh peta potensi bencana. Dari peta potensi bencana ini, pemerintah setempat dapat merencanakan tindakan-tindakan penanggulangan bencana, baik dalam penanganan tanggap darurat maupun langkah pencegahan.

Pada tahap pra bencana, peta potensi bencana berguna untuk mengklasifikasikan tingkat kerawanan dari tiap wilayah (dari tingkat kota/kabupaten hingga tingkat kelurahan/desa) untuk selanjutnya menentukan bentuk program penanganan yang tepat. Program yang dapat dilakukan diataranya penyesuaian tata wilayah di daerah rawan, seperti mempertimbangkan rute evakuasi dalam perencanaan akses jalan, penentuan batas wilayah DAS yang harus dikosongkan, pembuatan kanal banjir, penempatan pusat layanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit, daerah yang dapat menjadi shelter atau lokasi pengungsian jika terjadi situasi darurat. Selain itu, pemerintah juga dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat serta pemerintah lokal melalui rangkaian drilling/pelatihan/simulasi tanggap bencana.

Penutup

Potensi bencana dan kerawanan masyarakat di tiap daerah berbeda-beda. Apa yang sudah dimulai oleh TDMRC dapat menjadi refensi bagi daerah-daerah lain untuk menginisiasi lembaga riset sejenis untuk mengkaji langkah-langkah strategis yang perlu di lakukan di tiap daerah dalam hal penanggulangan bencana di daerahnya masing-masing. Dengan adanya lembaga riset sejenis, pola-pola penanggulangan bencana yang berfokus pada penanganan pasca-bencana dapat dikurangi dan dialihkan kepada usaha pengembangan kapasitas komunitas dan daerah pada tahap pra-bencana untuk dapat bertahan ketika bencana terjadi.